Slide Title 1

Aenean quis facilisis massa. Cras justo odio, scelerisque nec dignissim quis, cursus a odio. Duis ut dui vel purus aliquet tristique.

Slide Title 2

Morbi quis tellus eu turpis lacinia pharetra non eget lectus. Vestibulum ante ipsum primis in faucibus orci luctus et ultrices posuere cubilia Curae; Donec.

Slide Title 3

In ornare lacus sit amet est aliquet ac tincidunt tellus semper. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Selasa, 18 Februari 2014

Life Is Never Flat

Seperti Angan-angan yang pernah kita miliki saat kecil dan akan menjadi besar saat kita mencoba dan berusaha merealisasikan angan-angan tersebut di saat kita tumbuh besar.
sebuah Mimpi yang selalu datang di malam hari dan menjadi nyata saat pagi hari tiba.

Selasa, 25 September 2012

Hal yang tidak pernah aku lupakan!!!

Dalam satu bulan ini aku mengalami banyak hal yang tidak akan pernah aku lupakan. Pengalaman yang sangat berharga di dalam hidupku.

Sabtu, 07 Juli 2012

Tips simpel untuk Diet

1. Jangan minum air setelah jam 7 malam
2. Makan 3 kali sehari, sarapan seperti ratu, makan siang seperti biasa dan makan malam seperti pengemis
3. Olahraga yang paling cepat menurunkan berat badan adalah lompat tali

dikutip dari Drama Korea Dream High 1

Tips simpel untuk Diet

1. Jangan minum air setelah jam 7 malam
2. Makan 3 kali sehari, sarapan seperti ratu, makan siang seperti biasa dan makan malam seperti pengemis
3. Olahraga yang paling cepat menurunkan berat badan adalah lompat tali

dikutip dari Drama Korea Dream High 1

Senin, 25 Juni 2012

Cerpen

Bulan Masih Bersinar
 
Aku masih terdiam di atas ranjangku sendirian. Aku duduk bersila sambil bermain handphone di tanganku. Aku masih cemberut. Dengan rasa penuh kesepian dan kebencian.  Inilah aku. Aku anak ketiga dari tiga bersaudara. Akulah si bungsu. Satu-satunya si bungsu yang paling berbeda dari kedua kakakku. Jujur, aku merasa diperlakukan berbeda daripada kedua kakakku.
Loh… Bulan dimana Mas? Dia enggak ikut ngobrol di sini?” remang-remang aku mendengar suara Bibiku di ruang tamu. Rumahku memang tidak besar. Hanya rumah sederhana yang ruangan satu dengan yang lain saling berseberangan. Jadi, setiap ada obrolan di ruang tamu aku bisa mendengarnya dengan jelas.
Oooo…. Dia di kamarnya. Palingan juga, dia sudah tidur.” Aku mendengar jawaban dari ibuku.
Mereka pikir aku sudah tidur. Padahal aku mendengar seluruh obrolan mereka malam itu. obrolan Ayah, Ibu, Bibi dan Kakak perempuanku, Dara. Sedangkan Kakak laki-lakiku sekarang sudah tinggal menyendiri bersama istri dan anaknya.
Aku sendiri belum lama lulus SMA dengan nilai yang tidak memuaskan seperti yang diinginkan orangtuaku. Yang paling menyakitkan hatiku, mereka selalu menyindirku tentang nilaiku yang tidak memuaskan di sekolah. Membanding-bandingkan nilaiku dengan Kak Dara yang selalu sempurna. Yang selalu mendapat rangking di sekolahnya. Seperti obrolan mereka pada malam ini. sungguh mereka tidak memikirkan bagaimana perasaanku jika aku mendengar ucapan mereka. Mereka tidak peduli apakah aku masih terjaga atau sudah terlelap. Yang mereka pikirkan hanyalah memuaskan batin mereka, melampiaskan kekecewaan mereka memiliki anak sepertiku.
Dara sebentar lagi akan mendapatkan gelar S2 nya. Yah… Semoga saja nanti dia akan segera menjadi Pengacara yang hebat…. Hahaha…. “ kata Ibuku penuh semangat.
Semua obrolan mereka pada malam itu, tentang Kak Dara. Tidak ada kebanggaan yang mereka rasakan dari anak sepertiku. Aku memang lemah dalam pelajaran. Yang aku sukai adalah musik dan seni. Tapi, Ayah dan Ibuku ingin aku menjadi dokter. Keinginan mereka untuk menjadikan Kak Dani sebagai Polisi pun sudah terwujud. Dan prestasi Kak Dara yang selalu mereka banggakan, membuat mereka selalu optimis Kak Dara akan menjadi pengacara sesuai keinginan mereka. Meskipun aku terbukti anak kandung mereka, tapi aku merasa dianak tirikan oleh mereka.
Bagaimana dengan Bulan? Dia kan sudah lulus? Mau kuliah dimana dia?” aku mendengar suara bibiku lagi.
Haaah…..” terdengar keluhan panjang dari Ibuku. “Kami tidak terlalu berharap padanya. Dia anak yang paling menjengkelkan kami. Gayanya seperti laki-laki, sukanya memetik gitar dan memukul-mukul Drum, atau kalau enggak keluyuran enggak jelas sama teman-temannya. Mau jadi apa anak itu…. seharusnya dia itu mencontoh kakak-kakaknya.”
Aku menahan air mata yang hampir menetes di wajahku. Aku sudah tidak kuat lagi mendengarkan mereka. Akhirnya aku putuskan untuk tidur. Meskipun air mataku masih mengalir.
*********
Melepaskan penat yang semakin menggunung di kepalaku, aku pergi bersama Cika sahabatku di sebuah lapangan sepakbola dekat rumah Cika. Banyak anak-anak kecil yang bermain di sana. Aku pun menceritakan kepada Cika apa yang aku alami semalam. Kepada Cika pulalah aku menceritakan semua ganjalan hati dan ketidak adilan orangtuaku memperlakukan anaknya. Sangat sakit rasanya saat melihat orangtuaku tersenyum manis kepada Kak Dara bahkan Ibu mencium kening Kak Dara sebelum Kak Dara berangkat kuliah hari ini, sedangkan kepadaku hanya menunjukkan tatapan sinis yang sangat merendahkan aku.
“Aku merasa bukan anak kandung mereka Cik…” kataku sambil melihat anak-anak kecil berlarian berebut bola sepak.
“Bulan, Bulan… berapa kali sih elo selalu bilang kayak gitu sama gue? Gue juga udah berulang kali bilang, jangan berfikir seperti itu. buktinya sampai sekarang elo masih dikasih makan, kan?! Gue juga kasihan sama elo, Lan. Kita temenan udah semenjak kelas 5 SD, gue juga tahu betul gimana perlakuan orangtua elo. Gue hanya berharap orangtua elo akan berubah. Dan gue hanya bisa menghibur elo. Terus…. Mereka juga harus bisa menghargai seni…”
Aku tersenyum sambil melihat Cika. Dia memang menyukai musik sama sepertiku. Tapi bedanya, orangtuanya tidak melarang dia berekspresi. Mereka selalu menghargai apa yang disukai Cika asalkan itu hal-hal yang positif. Di rumah Cika pulalah aku selalu mengembangkan bakatku bermain gitar dan drum. Pikiran orangtuaku masih sangat kolot. Mereka pikir menjadi anak band itu dekat dengan hal-hal yang negative. Karena itulah mereka selalu memandang rendah aku dan teman-temanku.
“Malam ini gue nginep rumah elo ya?” tanyaku.
“Boleh…. Tapi, apa elo enggak dicari orangtua elo?”
Aku tertawa terbahak. “Dicari??? Buat apa mereka nyari gue?! Yang ada mereka enggak peduli.”
Kemudian aku menghentikan tawaku karena handphone ku berbunyi. Setelah aku lihat di layar ponsel, Kak Dani yang menelfonku. Raut wajahku pun segera berubah dingin dan dengan pelan kusapa Kakak sulungku itu.
“Iya hallo…”
Lan, kamu dimana? Kak Dara di rumah sakit sekarang. Dia kecelakaan.”
Aku terdiam. Mataku berkaca-kaca. Tapi, aku masih enggan mengeluarkan kata-kata apa yang ingin aku ucapkan.
BULAN…. KAMU DENGAR KAKAK ENGGAK, SIH?!!!”
“Di ru….mah sakit mana?” aku bertanya dengan terbata.
Mendengar aku menyebutkan kata rumah sakit, Cika juga ikut terkejut.
*********
3 bulan kemudian aku sudah tidak bisa melihat mentari di pagi hari. Aku donorkan mataku untuk Kak Dara. Kecelakaan mobil yang dialami Kak Dara bersama pacarnya saat itu membuat kedua retina matanya rusak parah dan membutuhkan donor mata. Akhirnya aku putuskan untuk mendonorkan mataku untuk Kak Dara dan menghentikan impianku menjadi musisi terkenal. Tapi, karena peristiwa itu ada sedikit hal yang berubah. Yaitu Ayah dan Kak Dani, mereka lebih menyayangiku daripada dulu. Bahkan Kak Dani lebih sering datang ke rumah, mengajakku ngobrol dan membawaku jalan-jalan. Tapi, tidak dengan Ibuku dan Kak Dara. Mereka masih acuh padaku.
“Kalau Kak Dara tidak bisa melihat nanti dia tidak bisa menjadi pengacara, Kak.” Kataku saat Kak Dani membawaku jalan-jalan ke taman dekat rumah. Aku bisa mendengar isak tangis Kak Dani. Lalu, dia merangkul kepalaku.
“Maafkan Kak Dani, ya. Tapi, kamu juga tidak bisa menjadi musisi terkenal kalau kamu tidak bisa melihat, kan?!”
“Aku bisa mencobanya lagi. Lagipula… musisi tidak akan bisa dibanggakan. Berbeda dengan seorang pengacara. Begitu kata Ibu. Kalian juga tidak butuh musisi di keluarga kalian, kan?!” lanjutku dengan tersenyum.
“Jangan lagi ingat-ingat ucapan itu, Lan. Kak Dani akan berusaha mencarikan donor kembali untuk kamu.”
Aku hanya tersenyum. Bukannya aku senang dengan ucapan Kak Dani, tapi aku hanya putus asa. Sebagai adik dan anak yang pernah dikesampingkan. Selain Kak Dani dan Ayah, juga ada Cika yang menghiburku dan membawakan gitar untukku untuk aku mainkan.
Hari demi hari berlalu. Aku merasakan hati ibu dan kak Dara semakin luluh. Kadang Ibu datang ke kamarku membawakan buah ataupun cemilan dan Kak Dara juga menyuapiku. Tapi aku selalu bilang, aku bisa melakukannya sendiri dan tidak mau merepotkan mereka. Kadang itu membuat mereka kesal tapi juga membuat mereka merasa bersalah.
Dan meskipun aku buta, aku tidak ingin berhenti menjadi pemusik. Aku meminta bantuan kepada Cika agar aku bisa terus bermain musik. Tapi, tetap saja diam-diam ibu bicara kepada Cika untuk menjauhiku dan menjauhkanku dengan musik. Aku pernah memergokinya bicara kepada Cika saat membawakan gitar ke rumahku. Itulah terakhir kali aku bertemu Cika di rumah. Karena hal itulah aku putuskan untuk pergi dari rumah dan pergi ke rumah Cika. Sebelumnya aku menulis surat kepada ibuku sebagai ucapan pamit. Dan itu juga merupakan ucapan pamitku yang terakhir kalinya. Saat di perjalanan ke rumah Cika yang biasa aku tempuh dengan berjalan kaki memakai tongkatku, saat aku menyeberang jalan aku mendengar klakson mobil yang semakin mendekatiku. Sesaat kemudian yang aku rasakan hanyalah hantaman keras menerpa tubuhku. Sakit sekali rasanya dan setelah itu aku tidak tahu lagi apa yang aku rasakan. Mataku terpejam dan pandanganku benar-benar gelap seutuhnya. Tapi, aku bisa mendengar suara Cika berteriak berlari ke arahku.
*********
Aku sayang ibu. Aku sayang Ayah. Aku sayang Kak Dani dan Kak Dara. Aku tidak mengerti kenapa Ibu bersikeras menjauhkanku dari hal yang aku sukai. Jika ibu tidak ingin Cika menemuiku maka aku yang akan menemuinya. Aku akan tinggal dengannya. Dan orangtuanya yang bisa menerima orang sepertiku. Aku tidak ingin membebani kalian untuk mengurus orang buta sepertiku. Selamat tinggal.
Bulan
“Bulan… kamu masih tetap ada di dalam hati kita semua. Meskipun kamu hanya mengambil cahaya dari mentari dan meskipun sinarmu tidak selalu penuh setiap malam, tapi kamu masih bersinar. Mentarimu adalah rasa semangatmu dan ceriamu yang selalu kamu tunjukkan padaku. Meskipun kamu sedih, tapi kamu tetap tersenyum padaku. Itulah sinarmu.” Cika meletakkan kembali fotonya bersama Bulan saat mereka masih mengenakan seragam SMA di atas meja, di samping lampu tidurnya. Kemudian dia terlelap.

oleh : Niken Tusiana

Rabu, 15 Februari 2012

Menjadi Seorang Penulis

Salah satu cara menyampaikan pendapat, perasaan dan pandangan kita tentang kehidupan menurutku adalah menjadi seorang penulis. Dengan menjadi penulis kita dapat pula menuangkan imajinasi kita seluas-luasnya. Tulisan kita juga dapat menghibur, menginspirasi dan mempengaruhi pembaca.
Begitu juga dengan menulis cerpen maupun novel. Anggaplah saat kita menulis kita membuat kehidupan kita sendiri dan menjadikan kita sebagai tokoh utama. Kita dapat berekspresi seluas-luasnya dengan tulisan kita. Menulis tentang pengalaman kita, perasaan kita dan berimajinasi tentang kehidupan yang kita inginkan.
Yang paling penting adalah saat semua orang merasa senang dan menikmati cerita kita. 

Rabu, 01 Februari 2012

Special 4 you



Namdaemun at Night
 
Pasar Namdaemun atau Namdaemun Sijang adalah pasar yang terletak di Seoul, Korea Selatan. Pasar Namdaemun terletak di sebelah timur Gerbang Besar Selatan (Sungnyemun) yang bersejarah dengan luas 40.000 m². Dibangun pada tahun 1946, Pasar Namdaemun merupakan salah satu pasar tradisional yang terbesar di Korea. Di dalam pasar ini, terdapat 58 buah bangunan yang melingkupi sekitar 9000 buah toko yang menjual berbagai jenis barang, antara lain pakaian, kain, peralatan rumah tangga, peralatan dapur, bahan makanan dan lain-lain dalam harga yang murah. Pakaian anak-anak adalah produk utama khas Pasar Namdaemun. Sekitar 90 % pakaian anak-anak di Korea Selatan dijual melalui pasar ini
Pasar ini sangat populer bagi para wisatawan asing yang berkunjung ke Seoul. Tiap hari Pasar Namdaemun buka pada pukul 11.00 pagi dan tutup pada pukul 03.00 pagi di hari berikutnya. Sampai tengah malam pun, Pasar Namdaemun masih ramai dikunjungi para pembeli dan pedagang yang melakukan transaksi jual beli.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_Namdaemun
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/e5/Namdaemun-sijang.jpg